Renungan Taxi
Taxi adalah tempat saya merenung, kadang-kadang mengeluarkan air mata, merenungi apa yang terjadi 1-3 tahun ini yang menurut saya banyak hal penting yang terjadi di tahun-tahun itu.
Ah. Kalau sudah begini saya jadi mellow, saya benci sifat saya yang mudah mellow ini. Banyak yang sudah terjadi, yang gak mungkin saya ceritakan di blog ini, tapi kadang saya ingin berbagi, dan ketika saya sendirian di dalam taxi, semua itu terasa begitu tepat. Saya seakan bisa mengalunkan pikiran-pikiran saya. Semuanya mengalir.
Selama hidup saya, saya selalu berusaha mengatasi apa yang saya bisa kerjakan sendiri, tapi beberapa tahun ini saya sadar bahwa bantuan orang lain penting sekali dan memang banyak yang tidak bisa diselesaikan sendiri. Tapi kadang dan seringkali, tetap saya senang mengatasinya sendiri, merenunginya sendiri, seperti tadi di dalam taxi.
Tuhan melindungi saya, tadi hujan turun beberapa menit saja setelah saya turun dari taxi dan masuk ke dalam rumah. Thanks God.
Ah. Kalau sudah begini saya jadi mellow, saya benci sifat saya yang mudah mellow ini. Banyak yang sudah terjadi, yang gak mungkin saya ceritakan di blog ini, tapi kadang saya ingin berbagi, dan ketika saya sendirian di dalam taxi, semua itu terasa begitu tepat. Saya seakan bisa mengalunkan pikiran-pikiran saya. Semuanya mengalir.
Selama hidup saya, saya selalu berusaha mengatasi apa yang saya bisa kerjakan sendiri, tapi beberapa tahun ini saya sadar bahwa bantuan orang lain penting sekali dan memang banyak yang tidak bisa diselesaikan sendiri. Tapi kadang dan seringkali, tetap saya senang mengatasinya sendiri, merenunginya sendiri, seperti tadi di dalam taxi.
Tuhan melindungi saya, tadi hujan turun beberapa menit saja setelah saya turun dari taxi dan masuk ke dalam rumah. Thanks God.
Comments